Kenapa dia tidak berperan pada periode menuju Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pada awal RI berdiri?
Pada awal tahun 1950-an, saya membaca buku judulnya "Detik-detik Proklamasi" yang ditulis oleh Adam Malik, dalam buku tersebut diceritakan seluruh kejadian-kejadian menjelang proklamasi kemerdekaan. Kalau kita membaca buku tersebut akan bisa ditarik kesimpulan bahwa pemuda-pemuda dan pelajar aktivis yang mempersiapkan proklamasi (dari Kawasan Menteng s/d Rengas Dengklok)hampir sebagian besar adalah pengikut setia Tan Malaka atau yang di belakang hari adalah anggota / simpatisan Partai Murba. Sebut saja seperti Sukarni , Nitimihardjo, Elkana Tobing, Adam Malik, Chairul Saleh dan lain-lain.
Dari buku tersebut bissa diambil kesimpulan bahwa pengaruh Tan Malaka atas terlaksananya Proklamasi 17 Agustus 1945 sangat besar sekali. Catatan : Dalam buku tersebut juga diceritakan beberapa hari sesudah proklamasi bahwa Tan Malaka secara "incognito" bertemu dengan Achmad Soebardjo yang baru diangkat sebalai Menlu dan dalam kesempatan itu Tan Malaka memberikan pandangan--pandangan mengenai RI yang baru diproklamirkan.Sesudah Tan Malaka pergi baru Achmad Soebardjo sadar bahwa tamu yang memberikan wejangan tersebut adalah Tan Malaka.
Tindakan Tan Malaka tidak berani muncul secara terang-terangan tersebut itu disebabkan kehatian-hatiannya mengingat dia adalah DPO dari polisi-polisi kolonial termasuk Kenpetai yang saat itu masih berkuasa.
Sayang buku tersebut sekarang sudah tidak pernah saya lihat lagi.
Pada awal tahun 1950-an, saya membaca buku judulnya "Detik-detik Proklamasi" yang ditulis oleh Adam Malik, dalam buku tersebut diceritakan seluruh kejadian-kejadian menjelang proklamasi kemerdekaan. Kalau kita membaca buku tersebut akan bisa ditarik kesimpulan bahwa pemuda-pemuda dan pelajar aktivis yang mempersiapkan proklamasi (dari Kawasan Menteng s/d Rengas Dengklok)hampir sebagian besar adalah pengikut setia Tan Malaka atau yang di belakang hari adalah anggota / simpatisan Partai Murba. Sebut saja seperti Sukarni , Nitimihardjo, Elkana Tobing, Adam Malik, Chairul Saleh dan lain-lain.
Dari buku tersebut bissa diambil kesimpulan bahwa pengaruh Tan Malaka atas terlaksananya Proklamasi 17 Agustus 1945 sangat besar sekali. Catatan : Dalam buku tersebut juga diceritakan beberapa hari sesudah proklamasi bahwa Tan Malaka secara "incognito" bertemu dengan Achmad Soebardjo yang baru diangkat sebalai Menlu dan dalam kesempatan itu Tan Malaka memberikan pandangan--pandangan mengenai RI yang baru diproklamirkan.Sesudah Tan Malaka pergi baru Achmad Soebardjo sadar bahwa tamu yang memberikan wejangan tersebut adalah Tan Malaka.
Tindakan Tan Malaka tidak berani muncul secara terang-terangan tersebut itu disebabkan kehatian-hatiannya mengingat dia adalah DPO dari polisi-polisi kolonial termasuk Kenpetai yang saat itu masih berkuasa.
Sayang buku tersebut sekarang sudah tidak pernah saya lihat lagi.